Selasa, 17 Mei 2011

BAHAN PENYUSUN SEMEN

Batu Kapur
•Batu kapur merupakan Komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah lia, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya.
•Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning

Tanah Liat
•Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat
•Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya :
–Kelompok Montmorilonite
•Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite
–Kelompok Kaolin
•Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
–Kelompok tanah liat beralkali Meliputi : tanah liat mika (ilite)


Pasir Besi & Silikat
•Bahan ini merupakan Bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw Mix)
•Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan untuk pembuatan semen
•Pasir Silika digunakan untuk meneikkan kandungan SiO2
•Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix
•Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen
•Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum sebagai retarder.

Semen dapat dibuat dengan 2 cara
•Proses Basah
•Proses Kering

(Perbedaannya hanya terletak pada proses )

KAPASITAS JALAN

PENGERTIAN

Menurut HCM 1965
“Capacity is the maximum number of vehicles that can pass in a given period time”

Menurut Clark H. Oglesby (1990)
Kapasitas suatu ruas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu atau kedua arah) dalam periode waktu tertentu.

Menurut MKJI 1997 
Kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan atau orang yang dapat melintasi suatu titik pada lajur jalan pada periode waktu tertentu dalam kondisi jalan tertentu atau merupakan arus maksimum yang bisa dilewatkan pada suatu ruas jalan.
Dinyatakan dalam kend/jam atau smp/jam

JENIS-JENIS KAPASITAS JALAN
1.Kapasitas dasar (Basic Capacity)
2.Kapasitas rencana (Design Capacity)
3.Kapasitas yang mungkin (Possible Capacity)

Kapasitas Dasar : jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintasi suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang ideal.
Digunakan sebagai dasar perhitungan untuk kapasitas rencana.

Arus dikatakan pada kondisi ideal jika :
1. Uninterupted flow
2. Kend yg lewat sejenis (kend penumpang)
3. Lebar lajur min 3,5 m
4. Kebebasan samping 1,8 m
5. Desain AH dan AV bagus (datar, V = 120 km/jam)
6. Utk lalin 2 jalur 2 arah, memungkinkan utk menyiap dg jarak pandang 500 m

Kapasitas Rencana : jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintasi suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku tanpa mengakibatkan kemcetan, kelambatan, dan bahaya yang masih dalam batas-batas yang diinginkan.

Kapasitas yang Mungkin : jumlah kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintasi suatu penampang jalan tertentu selama 1 jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku (pada saat itu)
Kapasitas yang mungkin < Kapasitas rencana

PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN

Kapasitas ruas jalan dipengaruhi oleh :
1. Ada atau tidaknya median
~ jika ada median, kapasitas dihitung terpisah untuk setiap arah
~ jika tanpa median, kapasitas dihitung untuk kedua arah

2. Lokasi ruas jalan
~ Urban (perkotaan), memperhitungkan FCcs (faktor koreksi akibat ukuran kota)
~ Interurban (rural), tidak memperhitungkan FCcs

Persamaan umum
Untuk daerah perkotaan :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)
Untuk interurban (rural) :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf (smp/jam)

FAKTOR YG MEMPENGARUHI KAPASITAS RUAS JALAN
1. Kondisi lalu lintas
2. Kondisi jalan
3. Kondisi fasilitas jalan

Senin, 16 Mei 2011

TEGANGAN GESER


Tinjauan Instruksional Khusus:
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep gaya geser, tegangan geser dan regangan geser serta dapat membedakannya dengan gaya, tegangan dan regangan normal; dan juga dapat melakukan analisis pada aspek penerapannya misalnya dalam proses sambungan.

Definisi gaya geser

Jika suatu bidang melewati suatu benda, maka gaya yang bekerja disepanjang bidang tersebut disebut gaya geser atau gaya gesek (shearing force). Gaya ini kita simbolkan dengn Fs.

 

Perbandingan tegangan geser dan tegangan normal

Kita misalkan suatu suatu potongan batang dengan bidang a-a tegaklurus pada sumbunya. Tegangan normal σ adalah tegaklurus bidang a-a. Ini adalah tegangan yang kita pakai dalam diskusi-diskusi pada bab 1, 2, dan 3.
Tegangan geser bekerja disepanjang atau sejajar bidang, yang ditunjukkan dengan simbol τ. Dengan demikian perbedaan antara tegangan geser dan tegangan normal adalah didasarkan pada arahnya.

Asumsi

Adalah penting untuk membuat asumsi-asumsi berkenaan dengan distribusi tegangan geser. Dalam hal ini, pertama yang harus kita asumsikan adalah bahwa tegangan geser, yang akan kita diskusikan pada bab ini, adalah seragam. Dengan demikian, pernyataan τ = Fs/A mengindikasikan tegangan geser rata-rata pada seluruh luasan bidang.

Perubahan bentuk karena tegangan geser
Kita perhatikan suatu elemen bidang empat persegi panjang yang dipotong dari suatu benda padat dimana gaya-gaya yang bekerja pada elemen diketahui sebagai tegangan geser τ pada arah-arah.
Permukaan elemen yang sejajar dengan bidang kertas diasumsikan tanpa pembebanan. Karena tidak ada tegangan normal yang bekerja pada elemen, panjang sisi samping empat persegi panjang awal tidak mengalami perubahan ketika tegangan geser diasumsikan bernilai τ. Namun demikian, akan terjadi distorsi pada sudut kanan dari elemen, dan setelah distorsi karena tegangan geser ini maka diasumsikan elemen mempunyai konfigurasi bentuk.


Regangan geser
Perubahan sudut pada bagian pojok elemen empat persegi panjang awal disebut sebagai regangan geser (shear strain). Sudut ini dinyatakan dengan radian dan dinotasikan dengan γ.
Modulus elastisitas geser
Rasio antara tegangan geser τ terhadap regangan geser γ disebut modulus elastisitas geser dan biasanya dinotasikan dengan G.G juga dikenal sebagai modulus kekakuan (modulus of rigidity).
Satuan untuk G adalah sama dengan satuan tegangan geser, yaitu N/m2, karena regangan geser tidak bersatuan. Percobaan penentuan G dan daerah aksi linier dari τ dan γ akan didiskusikan pada bab 5. Diagram tegangan regangan untuk berbagai bahan dapat digambar untuk pembebanan geser, dengan cara yang sama seperti pada pembebanan normal (bab 1). Secara umum diagramnya mempunyai penampilan yang mirip, hanya tentu saja berbeda dalam besaran nilainya.

Sambungan las
Disamping teknik pengelasan dengan gas dan listrik yang sudah kita kenal, pada dasawarsa terakhir telah banyak dipakai, khususnya pada industri otomotif, metode pengelasan yang cukup berbeda yaitu pengelasan dengan elektron (electron beam welding) dan pengelasan dengan laser (laser beam welding).
Pengelasan elektron
Pada pengelasan dengan elektron (EBW, electron beam welding), perpaduan atau penggabungan logam dicapai dengan memfokuskan suatu batang dengan tegangan elektron tinggi pada permukaan logam yang akan disambung. Batang elektron mempunyai kerapatan energi yang sangat tinggi sedemikian sehingga mampu menghasilkan pengelasan yang dalam dan sempit. Pengelasan cara ini dapat menghasilkan pengelasan yang akurat, cepat dengan distorsi yang relatif kecil pada batang yang disambung daripada pengelasan dengan gas atau listrik. Kelemahan EBW adalah bahwa permukaan logam yang akan disambung harus benar-benar presisi, dan untuk kasus tertentu pengelasan harus dilakukan pada kondisi vakum.


Pengelasan laser
Pada pengelasan dengan laser (LBW, laser beam welding), penggabungan bahan dilakukan dengan memanfaatkan sumber energi optik yang difokuskan pada spot yang sangat kecil, diameter lingkaran antara 100 sampai 1000 μm. Istilah laser merupakan singkatan dari light amplification by stimulated emission of radiation. Kerapatan energi sekitar 105 watt/cm2 membuat sinar laser mampu mecairkan logam. Laser dapat menghasilkan pengelasan dengan kualitas tinggi, tetapi mempunyai resiko yang juga sangat tinggi yaitu kemungkinan kerusakan pada mata operator.